murid

http://gedesitdownblog.blogspot.com/2013/05/kumpulan-beberapa-animasi-untuk.html" style="bottom: 5px; display: scroll; left: 5px; position: fixed;" title="Want more... Click it.">

murid

http://gedesitdownblog.blogspot.com/2013/05/kumpulan-beberapa-animasi-untuk.html" style="top : 5px; display: scroll; left: 5px; position: fixed;" title="Want more... Click it.">

murid

http://gedesitdownblog.blogspot.com/2013/05/kumpulan-beberapa-animasi-untuk.html" style="bottom: 5px; display: scroll; left: 5px; position: fixed;" title="Want more... Click it.">

Sabtu, 28 Januari 2017

PEMBUATAN SIMPLISIA KENCUR

LEMBAR KERJA PRAKTIK FARMAKOGNOSI

     I.          JUDUL PRAKTIKUM          :
Pembuatan Simplia Kaempferiae Rhizoma
  II.          TUJUAN PRAKTIKUM       :
Siswa Mampu Membuat Simplisia kaempferiae Rhizoma(kencur)

III.          PENDAHULUAN       :
BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar belakang
Berbagai macam tumbuhan obat di Indonesia yang telah diteliti oleh para ahli yang mana sampai sekarang tercantum pada buku-buku maupun artikel obat tradisional. Tumbuhan obat atau yang biasa dikenal dengan obat herbal adalah sediaan obat baik berupa obat tradisional, fitofarmaka dan farmasetika, dapat berupa simplisia ( bahan segar atau yang dikeringkan ) ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni berasal dari alam, yang dimaksut dengan obat alami adalah obat asal tanaman.
Indonesia sangat kaya akankekayaan alam yang melimpah, mulai dari tanaman herbal sampai mineral tersimpat dalam bumi pertiwi.Dijaman yang berkembang banyak Ilmuwan bahkan Mahasiswa dari berbagai universitas berlomba-lomba untuk mengembangkan tanaman obat.
Sehingga kekayaan alam di sekitar manusia sebenarnya sedemikian rupa sangat bermanfaat dan belum sepenuhnya digali, dimanfaatkan, atau bahkan dikembangkan.Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan.Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya.
WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker.Hal ini menunjukan dukungan WHO untuk back to nature yang dalam hal yang lebih menguntungkan.Untuk meningkatkan keselektifan pengobatan dan mengurangi pengaruh musim dan tempat asal tanaman terhadap efek, serta lebih dalam memudahkan standarisasi bahan obat maka zat aktif diekstraksi lalu dimurnikan sampai diperoleh zat murni.
Pengertian obat tradisional berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 Pasal 1 menyebutkan bahwa : Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Menurut penelitian masa kini, meskipun obat-obatan tradisional yang pengolahannya masih sederhana (tradisional) dan digunakan secara turun-temurun berdasarkan resep nenek moyang adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, memang bermanfaat bagi kesehatan dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut.Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga.Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet.
Khasiat alamiah dan kemurnian obat-obatan tradisional seringkali “dinodai” oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terutama produsen obat tradisional yang hanya mencari keuntungan finansial saja tanpa memperhatikan kemurnian dan resiko dari kandungan obat tradisional. Banyak dari para produsen dengan sengaja mencampur kandungan herbal dari obat tradisional dengan obat modern yang secara kimiawi jika dosisnya tidak tepat akan berbahaya. 
Namun kenyataannya masyarakat sekarang lebih percaya untuk mengkonsumsi obat kimia dibandingkan tanaman obat.Penggunaaan tanaman obat dianggap kuno dan tidak banyak memberikan hasil.Hal ini membuat potensi tanaman obat di Indonesia masih belum banyak termanfaatkan.Baru beberapa tahun belakangan ini, ada kecenderungan dunia untuk kembali ke alam atau “back to nature” membuat masyarakat kembali kepada tanaman obat. Hal itu tidak terlepas dikarenakan beberapa kelemahan obat kimia antara lain terdapat efek samping, resistensi obat yang tinggi, terakumulasi di tubuh dan harganya pun mahal. Selain kecenderungan “back to nature”, keadaan krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda Indonesia membuat biaya kesehatan semakin mahal. Obat kimia sudah menjadi barang mewah bagi sebagian besar masyarakat sehingga berbagai tanaman berkhasiat obat mulai di lirik kembali sebagai pengobatan alternatif yang bisa diperoleh dari berbagai tanaman di sekeliling kita.Selama ini, masyarakat hanya tahu menanam, namun tidak tahu menggunakannnya, selain itu kalau ada keluarga mereka sakit lebih memilih  kerumah sakit dan menggunakan obat-obat kimia, padahal disekiling kita ada berbagai jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan. Halaman rumah tampak menghijau disesaki berbagai jenis tanaman hias dan obat-obatan yang tertata rapi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka untuk mengupayakan back to nature, pada makalah ini akan di uraikan mengenai manfaat dan khasiat obat herbal yang bisa di gunakan tanpa harus membeli obat kimia dengan harga mahal dan menimbulkan efek samping dalam penggunaannya. Obat herbal yang akan dibahas pada makalah ini adalah “kencur”.




BAB II
ISI

2..1       Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.

2..2       Jenis Simplisia
Simplisa dibagi menjadi tiga, yaitu:
a.              Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.
b.             Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
c.              Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

2..3       Persyaratan Simplisia
Keseragaman senyawa aktif dari simplisia harus terjamin keamanan maupun kegunaannya sehingga harus memenuhi persyaratan minimalantara lain:
a.    Bahan baku simplisia.
b.    Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.
c.    Cara penepakan dan penyimpanan simplisia.
Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga faktor tersebut haus memenuhi persyaratan minimalyang ditetapkan.




2..4       Sumber Simplisia
Simplisia dapat berasal dari:
a.    Tanaman utuh, bagian tanaman / eksudat tanaman.
b.    Hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan.
c.    Bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana

2..5       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia
a.       Bahan baku simplisia.
b.      Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.
c.       Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.

IV. LITERATURE            :
a.          Buku Farmakognosi  EGC Vol 1 hal 33
b.         Farmakognosi Bambang Sutrisno hal 53
c.          .MMI Jilid IV hal 55
d.         www. Ilmu kita.com judul Pembuatan Simplisia
e.          https://s1farmasi.blogspot.co.id/2014/05/kalender-akademik-20132014-program.html?m=1MMI

V. SISTEMATIKA TANAMAN :
Kaempferiae Rhizoma
Nama lain                                : Kencur
Tanaman asal                           : Kaempferia galanga L
Keluarga                                  : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi          : Alkaloida,minyak atsiri(yang mengandung sineol,dan
kamferin),mineral,dan pati
Penggunaan                             :ekspektoransia,diaforetika,karminativa,stimulansia,dan
roboransia
Pemerian                                 : Bau khas aromatik,rasa pedas,hangat ,agak pahit,dan akhirnya
menimbulkan rasapedas
Bagian yang digunakan          : Akar tinggal
Penyimpanan                           : Dalam wadah tertutup baik
Keterangan tambahan             : -
Waktu panen                           : Pada umur 1 tahun   

VI. CARA PEMBUATAN 
Cara pembuatan simplisia secara umum
a.       Bahan Baku
Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati, merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia. Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga. Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat.
b.      Dasar Pembuatan Simplisia
Ø  Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat, tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.

Ø  Simplisia dibuat dengan fermentasi
Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.
Ø  Simplisia dibuat dengan proses khusus
Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati, penyaringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa pada simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.
Ø  Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat dan lain-lain.
c.       Tahapan Pembuatan Simplisia
Pada umumya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :
1.      Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
o   Bagian tanaman yang digunakan.
o   Umur tanaman yang digunakan.
o   Waktu panen
o   Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam  bagian  tanaman  yang akan dipanen. Waktu  panen  yang  tepat  pada saat  bagian  tanaman  tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah  yang terbesar.
Senyawa  aktif terbentuk  secara maksimal di dalam bagian  tanaman  atau  tanaman  pada umur tertentu. Sebagai contoh pada  tanaman  Atropa belladonna,  alkaloid  hiosiamina  mula-mula  terbentuk  dalam  akar. Dalam  tahun  pertama,  pembentukan  hiosiamina berpindah pada  batang yang  masih  hijau. Pada  tahun  kedua batang  mulai  berlignin  dan kadar  hiosiamina mulai menurun  sedang pada daun kadar hiosiamina makin  meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai I  dalam  pucuk  tanaman pada saat tanai  an berbunga dan kadar alkaloid  menurun  pada saat  tanaman  berbualz  dan  niakin turun  ketika buah makin  tua. Contoh  lain,  tanaman Menthapiperita  muda  mengandung  mentol  banyak  dalanl daunnya. Kadar  rninyak  atsiri  dan mentol  tertinggi pada daun tanaman ini  dicapai  pada  saat  tanaman  tepat  akan  berbunga.  Pada Cinnamornunz camphors, kamfer akan terkumpul dalam kayu tanaman  yang  telah  tua. Penentuan  bagian  tanaman  yang dikumpulkan dan  waktu  pengumpulan  secara  tepat  memerlukan  penelitian.  Di  samping waktu  panen  yang dikaitkan  dengan  umur,  perlu diperhatikan  pula  saat panen dalam sehari. Contoh, simplisia  yang mengandung minyak atsiri  lebih  baik dipanen  pada  pagi  hari. Dengan  demikian  untuk  menentukan  waktu  panen  dalam  sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi  dan  fisik  senyawa  aktif  dalam  simplisia  terhadap panas sinar matahari.
2.      Panen
o   Tanaman  yang  pada  saat  panen  diambil  bijinya  yang telah tua  seperti  kedawung (Parkia rosbbrgii), pengambilan  biji ditandai  dengan  telah mengeringnya  buah.  Sering pula  pemetikan  dilakukan sebelum kering benar,  yaitu  sebelum buah pecah  secara  alami dan  biji  terlempar jauh,  misal jarak  (Ricinus cornrnunis).
o   Tanaman  yang pada saat  panen  diambil  buahnya, waktu pengambilan  sering dihubungkan  dengan tingkat  kemasakan, yang ditandai dengan  terjadinya perubahan  pada  buah seperti perubahan  tingkat  kekerasan misal labu merah (Cucurbita  n~oscllata).  Perubahan warna, misalnya  asam  (Tarnarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa  belimbi),  jeruk  nipis  (Citrui aurantifolia)  perubahan  bentuk  buah,  misalnya  mentimun  (Cucurnis sativus), pare (Mornordica charantia).
o   Tanaman  yang  pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan  dilakukan pada  saat  tanaman  mengalami  perubahan  pertumbuhan  dari vegetatif  ke  generatif. Pada saat itu penumpukan  senyawa  aktif  dalam kondisi  tinggi,  sehingga  mempunyai mutu  yang  terbaik.  Contoh  tanaman yang diambil  daun pucuk  ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus).
o   Tanaman  yang  pada saat  panen  diambil  daun  yang telah tua, daun  yang diambil dipilih yang  telah membuka  sempurna  dan  terletak di bagian  cabang atau  batang yang menerima  sinar matahari sempurna. Pada  daun tersebut  terjadi  kegiatan  asimilasi  yang  sempurna. Contoh  panenan  ini misal  sembung  (Blumea balsamifera).
o   Tanaman  yang pada  saat panen diambil kulit batang, pengambilan  dilakukan  pada saat  tanaman  telah  cukup umur. Agar  pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim  yang menguntungkan pertumbuhan antara  lain menjelang musim kemarau.
o   Tanaman  yang pada saat  panen  diambil  umbi  lapis,  pengambilan  dilakukan  pada saat umbi mencapai  besar maksimum  dan  pertumbuhan  pada bagian  di atas tanah berhenti misalnya bawang merah (Allium cepa).
o   Tanaman yang pada  saat  panen  diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan  pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan  besar maksimum. Panen  dapat  dilakukan dengan  tangan,  menggunakan alat atau menggunakan  mesin.  Dalam  ha1 ini keterampilan  pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak tercampur  dengan  bagian  lain  dan  tidak merusak  tanaman  induk. Alat  atau mesin  yang digunakan untuk memetik perlu dipilih yang  sesuai. Alat  yang  terbuat  dari logam sebaiknya tidak digunakan  bila  diperkirakan  akan merusak  senyawa aktif  siniplisia  seperti fenol, glikosida  dan sebagainya.
3.      Sortasi Basah
Sortasi basah  dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran  atau  bahan-bahan  asing  lainnya dari bahan  simplisia. Misalnya  pada  simplisia  yang  dibuat  dari akar suatu  tanaman obat,  bahan-bahan  asing  seperti  tanah,  kerikil,  rumput,  batang,  daun, akar  yang telah  rusak, serta pengotoran  lainnya harus  dibuang.  Tanah mengandung  bermacam-macam mikroba  dalam  jurnlah  yang  tinggi,  oleh  karena  itu  pembersihan simplisia  dari  tanah  yang  terikut dapat  mengurangi  jumlah mikroba awal.
4.      Pencucian
Pencucian dilakukan  untuk  menghilangkan  tanah dan  pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian  dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur  atau  air  PAM. Bahan simplisia  yang mengandung  zat yang mudah  larut  di  dalam  air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam  waktu  yang  sesingkat  mungkin.  Menurut Frazier  (1978),  pencucian sayur-sayuran  satu  kali  dapat menghilangkan  25% dari jumlah mikroba awal, jika  dilakukan pencucian  sebanyak  tiga  kali, jumlah mikroba yang  tertinggal hanya  42% dari jumlah  mikroba  awal.  Pencucian tidak dapat membersihkan  simplisia  dari semua mikroba karena  air  pencucian  yang  digunakan biasanya  mengandung juga  sejumlah mikroba. Cara  sortasi dan pencucian  sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba  awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan  untuk  pencucian  kotor,  maka jumlah mikroba  pada permukaan  bahan  simplisia  dapat bertambah dan air yang terdapat  pada  permukaan bahan  tersebut  dapat  menipercepat pertumbuhan  mikroba.  Bakteri yang  umuln  terdapat  dalam air  adalah  Pseudomonas, Proteus,Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter  dan  Escherishia.  Pada  simplisia akar,  batang  atau  buah  dapat  pula dilakukan  pengupasan  kulit  luarnya untuk mengurangi  jumlah mikroba awal karena  sebagian  besar jumlah  mikroba  biasanya  terdapat  pada  permukaan  bahan  simplisia.  Bahan  yang telah  dikupas  tersebut mungkin tidak memerlukan  pencucian jika  cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.
5.      Perajangan
Beberapa  jenis  bahan  simplisia perlu mengalami  proses perajangan. Perajangan bahan  simplisia  dilakukan  untuk mempermudah  proses  pengeringan, pengepakan  dan  penggilingan. Tanaman  yang baru diambil  jangan  langsung  dirajang tetapi dijemur dalam  keadaan  utuh  selama  1  hari. Perajangan dapat dilakukan  dengan  pisau, dengan  alat  mesin  perajang  khusus sehingga  diperoleh  irisan  tipis  atau  potongan  dengan  ukuran yang  dikehendaki.
Semakin  tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,  sehingga  mempercepat waktu  pengeringan. Akan  tetapi  irisan  yang  terlalu  tipis juga  dapat menyebabkan berkurangnya  atau  hilangnya  zat  berkhasiat  yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi  komposisi bau  dan rasa yang diinginkan. Oleh  karena  itu bahan  simplisia  seperti  temulawak,  temu  giring, jahe,  kencur dan  bahan  sejenis  lainnya dihindari perajangan yang terlalu  tipis  untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan  seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran  sebelum  perajangan  diperlukan  untuk mengurangi pewarnaan  akibat  reaksi  antara bahan dan logam pisau. Pengeringan  dilakukan  dengan sinar  matahari  selama  satu hari.
6.      Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah  rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang  lebih lama. Dengan mengurangi kadar  air dan menghentikan  reaksi  enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel,masih dapat bekerja,menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu  dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol  70 % atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung  bila  kadar  air  dalam  simplisia  kurang dari  10%.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau  menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak  dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya "Face hardening", yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini  dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. "Face hardening" dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai  cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.
Ø  Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
a)      Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji  dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara  membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara  terbuka di atas  tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah  yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F'IDC (Food Technology  Development Center IPB) telah merancang dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap  tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan singkong yang  telah dirajang dengan demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan  simplisia.
b)      Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman  yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.
Ø  Pengeringan Buatan
     Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut:  “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel  atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik.
     Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan  mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu  pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran  dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia  dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8  jam.
     Daya  tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis  simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat  tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.
7.      Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan  simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian  tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan  tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk  kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan  atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir,  besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
8.      Penyimpanan Dan Pengepakan
Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan dalam, antara lain :
·         Cahaya                         : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan  perubahan kimiapada simplisia, misalnya isomerisasi,  polimerisasi, rasemisasi dansebagainya.
·         Oksigen udara                         : Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi  oksidasi dan perubahan ini dapatberpengaruh pada bentuk  simplisia, misalnya, yang semula cair dapatberubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya.
·         Reaksi kimia intern      : Perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat  disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh enzim,  polimerisasi, oto-oksidasi dansebagainya.
·         Dehidrasi                                 : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka  simplisia secaraperlahan-lahan akan kehilangan sebagian  airnya sehingga rnakin lama makinmengecil (kisut).
·         Penyerapan air                         : Simplisia yang higroskopik, misalnya agar-agar, bila  disimpan dalam wadah yang terbuka akan  menyerap lengas  udara sehingga menjadi kempal basahatau mencair.
·         Pengotoran                              : Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai  sumber,misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnyaminyak yang tertumpah) dan fragmen wadah (karung goni).
·         Serangga                                  : Serangga dapat menitnbulkan kerusakan dan pengotoran pada simplisia, baikoleh bentuk ulatnya maupin oleh bentuk  dewasanya. Pengotoran tidak hanyaberupa kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkangtelur, bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas kulitserangga dan sebagainya.
·         Kapang                                    : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia  dapatberkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringansimplisia, tetapi juga akan merusak  susunan kimia zat yang dikandung danmalahan dari  kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapatmengganggu

VII. DAFTAR ALAT YANG DIPERLUKAN    :
1)        Pisau
2)        Papan iris



3)        Nampan
4)        Timbangan
5)        Penggaris





6)        Baskom

VIII. DAFTAR BAHAN YANG DIPERLUKAN       :
Kampheriae Rhizoma Segar

IX. HASIL PRAKTIKUM         :

HARI KE -

HASIL PENGAMATAN

BERAT SIMPLISIA

KETERANGAN

I
Sebelum dirajang
Setelah dirajang
1 kg
990 g

II
Setelah dijemur
410 g

III
Setelah dijemur
320 g

IV
Setelah dijemur
290 g

V
Setelah dijemur
225 g
VI
Setelah dijemur
200 g
VII
Setelah dijemur
190 g


X. PENGEMASAN DAN PENANDAAN
1. Wadah Primer                  :Gelas plastik

2. Wadah sekunder              :Kardus Mika


3. Etiket                               :
 
















XI. HARGA PEMBELIAN
Harga Kencur Segar / kg                              : Rp. 38.500
Harga beli kencur kering / 190 g                  : Rp 38.500

XII. HARGA PENJUALAN           :
Harga Kencur 150g     : Rp. 29.000
Harga Toples               : Rp.    3000
Harga Kardus             : Rp.    5000
Harga Upah                 : Rp 15.000+
Rp. 52.000

XIII. CATATAN PELAKSANAAN          :
1.      Pembuatan wadah sekunder
2.      Indonesia saat ini mengalami musim kemarau basah yang menyebabkan tingkat kelembapan tinggi sehingga mempengaruhi proses pengeringan simplisia
3.      Pembuatan etiket sekunder

XIV. LAMPIRAN   

         Pengambilan Kencur yang masih segar
                          
        
         Menimbang kencur sebanyak 1 Kg
        
         Mencunci kencur hingga bersih tanpa merusak kencur
        

         Mengukur kencur dan memotongnya
        

         Kencur yang sudah dipotong sesuai ukuran yang di tentukan

Menimbang kembali kencur yang sesudah di potong


2 komentar:

  1. artikelnya menarik untuk dibaca dan mudah untuk di pahami, artikel ini banyak bermanfaat buat banyak orang, kami tunggu update artikel yang selanjutnya. Tentang Pengertian Obat Tradisional ini artikel saya.

    BalasHapus
  2. Lucky Club Casino Site - Live Casino
    Find all information about Lucky Club Casino, 카지노사이트luckclub including the history, bonuses and other features. Lucky Club is the premier online casino and sports betting platform  Rating: 7.7/10 · ‎10 votes

    BalasHapus